Fatawa Al-Mar'ah Al-Muslimah (Pertemuan 21)



بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله، حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه كما يحب ربنا ويرضى، أشهد ألا إلــه إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، أما بعد:



Akhawati fillah, baarakallahu fiikunna.
In syaa Allah kita akan melanjutkan materi kita pada hari ini, yaitu


FATAWA AL-MAR`AH AL-MUSLIMAH

Oleh: AL-IMAM MUQBIL BIN HADI AL-WADI'I RAHIMAHULLAH



نسأل الله العون...


KITAB AL-ILMU

CARA MENDAPATKAN ILMU



Soal 3:



Jika saya ingin menuntut ilmu dirumahku hal tersebut dengan cara saya membaca kitab-kitab tentang fiqih dan menghafal sebagian hadits-hadits, akan tetapi saya termasuk orang yang cepat lupa dengan apa yang saya hafalkan, maka bagaimana cara menguatkan pengetahuan (hafalan, pen) yang saya miliki?


Jawab:



Yang saya nasehatkan untuk setiap muslim dan muslimah adalah menjauhkan diri dari masalah-masalah dan bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta'ala, masalah-masalah itu melemahkan pemahaman dan menghilangkan hafalan dan juga Rabb Yang Mulia telah berfirman: 



{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا }


"Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqan."
(QS. Al-Anfal: 29)



Jika kita bertakwa kepada Allah, Dia akan menerangi hati-hati kita. Kemaksiatan itu menggelapkan hati sebagaimana disebutkan dalam Shahih Muslim dari hadits Hudzaifah radhiyallahu 'anhuma:


{ تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلَا تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتْ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ}



"Fitnah akan dipaparkan pada hati manusia bagai tikar yang dipaparkan perutas (secara tegak menyilang antara satu sama lain). Mana pun hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana pun hati yang tidak dihinggapinya, maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti bekas tembaga berkarat, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali sesuatu yang diserap oleh hawa nafsunya."

Dan juga dalam kitab Jami' At-Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 



إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ


"Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam dan apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan dan apabila ia kembali maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutup hatinya, dan itulah yang diistilahkan 'Ar-Raan' yakni ditutupi,  

kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca firman Allah subanahu wa ta'ala: 



كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ



"Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang mereka usahakan itu menutupi hati mereka."
(QS. Al-Muthaffifin: 14)



Maka hendaklah kita bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Juga beramal dengan hadits, karena dia akan memperkuat ingatan, dan mudzakarah (mengulang kembali dengan berdiskusi, pen) dengan saudari-saudarinya.


Dahulu Az-Zuhri rahimahullah duduk bersama budaknya mengulang untuknya hadits kemudian budaknya berkata: Demi Allah saya tidak tahu apa yang kamu katakan. Az-Zuhri rahimahullah berkata: Diamlah wahai Laka' sesungguhnya saya sedang mengulang pengetahuanku. 

Maka jika kamu mengajak saudarimu untuk mudzakarah dengannya atau kamu mudzakarah dengan suamimu,  in syaa Allah bisa kuat -ingatanmu- kemudian juga kamu berada diatas kebaikan. Lebih baik dari orang yang sibuk dengan katanya dan katanya, sibuk dengan alat-alat musik dan hiburan.


Maka saya menasehatkanmu untuk tidak terburu-buru, terus meneruslah diatas hal itu, engkau tidak mengetahui dengan idzin Allah kamu telah mendapatkan hasil yang besar.


Ilmu adalah cahaya yang Allah berikan kedalam hati siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya



{لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا }



"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
 (QS. Al-Baqarah: 286)




 { لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا }


"Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya."
(QS. At-Thalaq: 7)


Kamu tidak mampu menghafal satu halaman, maka hafakanlah setengah halaman, kamu tidak mampu menghafal satu halaman atau satu lembar atau kamu mampu menghafal hadits yang pendek dan tidak mampu menghafal hadits sebanyak setengah atau satu lembar, yang terpenting adalah hafalan itu pemberian dari Allah subhanahu wa ta'ala, dan dia seperti memikul sesuatu yang berat, terkadang datang sesorang mampu untuk memikul batu yang berat dan mengangkatnya keatas kepalanya, dan yang lainnya tidak mampu mengangkatnya dari atas tanah, maka kamu jangan terburu-buru dan kamu akan berada diatas kebaikan Baarakallahu fiiki.



Sumber: As-`ilah Al-Hudaiah

FATAWA AL-MAR`AH AL-MUSLIMAH LIL WADI'I rahimahullah hal. 67-68

Diterjemahkan oleh Al-Ustadzah Ummu Ubaidah Ruqayyah Al-Ambuniyyah hafizhahallah pada Senin, 14 Dzulhijjah 1436 H / 28 September 2015






Nisaa` As-Sunnah.
Lebih baru Lebih lama