Kitab Fiqh Al Mar'atul Muslimah (Pertemuan 39): Hukum-Hukum Fikih Berkenaan Dengan Orang Junub

Hukum-Hukum Fikih berkenaan Dengan Orang Junub



KAJIAN  FIQIH

Dari kitab :

Fiqh Al-Mar`ah Al-Muslimah

 Penulis :

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin رحمه الله



بسم الله الرحمن الرحيم

الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن والاه، أما بعد :

اخواتي في الله رحمني ورحمكم الله



HUKUM-HUKUM FIQIH BERKENAAN DENGAN ORANG JUNUB

Disunnahkan berwudhu bagi orang junub jika akan makan.

Berwudhunya orang junub jika akan makan bukan wajib, ini disepakati oleh para ulama, tapi yang benar hukumnya sunnah, dalilnya:

Hadits Aisyah رضي الله عنها bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم apabila akan makan atau tidur dalam keadaan junub, maka beliau berwudhu seperti wudhu untuk shalat.

Dan disunnahkan untuk orang junub apabila hendak tidur untuk berwudhu.

Dalilnya, hadits Umar رضي الله عنه bahwa dia bertanya,
Ya Rasulullah, apakah kami boleh tidur dalam keadaan junub?, maka beliau menjawab,

نعم، إذا توضأ أحدكم فليرقد وهو جنب.

وفي لفظ: "توضأ واغسل ذكرك ثم نم"


"Ya, apabila berwudhu salah seorang kalian, maka tidurlah dalam keadaan junub."
Dalam riwayat yang lain :


"Berwudhulah dan cucilah zakar kalian kemudian tidurlah."
(HR. Bukhari Muslim)

Dalil di atas menunjukkan 'wajib' (berwudhu), karena beliau menjawab,
"Ya jika berwudhu."

Menggantungkan sesuatu yang 'mubah' dengan suatu syarat, sama artinya dengan 'tidak mubah kecuali dengan adanya syarat tersebut'.
Sehingga bisa difahami, bahwa berwudhunya orang junub ketika akan tidur itu wajib, dan inilah pendapat 'Adh-Dhahiriyyah' dan mayoritas ulama.

Tapi yang MASYHUR dikalangan ulama fiqih dan para imam yang banyak diikuti, bahwa hal ini dihukumi SUNNAH.

Berdalilkan hadits Aisyah رضي الله عنها :

أن النبي صلى الله عليه وسلم كان ينام وهو جنب من غير أن يمس ماء


"Bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم tidur dalam keadaan junub tanpa menyentuh air."
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Mereka (para ulama)  menjelaskan:
Nabi صلى الله عليه وسلم tidak berwudhu dalam keadaan ini, menunjukkan hukumnya 'boleh', sehingga perintah untuk berwudhu menunjukkan tidak wajib, inilah kaedah yang benar.

Berbeda dengan pendapat:
"Sesungguhnya perbuatan beliau tidak didahulukan dari ucapan beliau, bahkan yang diambil hendaknya dari ucapan beliau, sedangkan perbuatan beliau tidak menunjukkan hukum 'bolehnya'"

Adapun yang nampak bagi saya:

Bahwa orang junub tidak tidur kecuali berwudhu, ini hukumnya sunnah, berdalilkan hadits Aisyah رضي الله عنها, begitu pula ketika akan makan dan minum.

Ada perselisihan ulama رحمهم الله antara makan, minum dan tidur, maka mereka berpendapat:

MAKRUH tidur bagi orang junub tanpa berwudhu

Tidak makruh makan dan minum bagi orang junub tanpa berwudhu

SUNNAH bagi orang junub untuk berwudhu ketika akan mengulangi jima.

Dalilnya, terdapat dalam shahih Muslim:



أن النبي صلى الله عليه وسلم أمر من جامع أهله ثم أراد أن يعود أن يتوضأبينهما وضوءاً


"Bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم memerintahkan orang yang menjima'i istrinya kemudian ingin mengulanginya kembali, untuk berwudhu diantara kedua jima itu."
(HR. Muslim dan Tirmidzi)

Asal dari suatu perintah adalah wajib, akan tetapi tidak termasuk wajib perintah dalam hal ini karena ada riwayat Al-Hakim yang menyatakan,

إنه أنشط للعود


"Sesungguhnya ia (berwudhu) itu lebih segar untuk mengulang kembali."
(HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam kitab Adab Az-Zifaf, hal 35)

Ini menunjukkan bahwa berwudhu khusus dalam hal ini bukan ibadah sehingga diharuskan orang melakukannya, akan tetapi berwudhu dalam hal ini untuk mendapati 'kesegaran dan ketangkasan', sehingga perintah ini untuk mendapati fadhilah tersebut dan bukan perintah wajib.

Adalah Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah menggilir istri-istri beliau dengan satu kali mandi.
Meskipun beliau menggilir istri-istri beliau hanya dengan satu kali mandi, tapi hal itu tidak mencegah beliau untuk berwudhu diantara dua jima.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله والحمدلله رب العالمبن


Diterjemahkan oleh Al-Ustadzah Ummu Abdillah Zainab hafizhahallah pada Selasa, 15 Dzulhijjah 1436 H / 29 September 2015



Nisaa` As-Sunnah.



Lebih baru Lebih lama