Pertemuan : 4
KAJIAN MANHAJ
Dari kitab:
Manhaj Ahlussunnah wal Jama'ah fi Naqdir Rijal wal Kutubi wath Thawa'if
(Manhaj Ahlussunnah wal Jama'ah dalam Mengkritisi Orang, Kitab dan Golongan)
Penulis:
Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi Umair Al-Madkhali حفظه الله تعالى
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن والاه، أما بعد:
Pertanyaan berikutnya:
Ada kelompok manusia yang mengharuskan adanya muwazanah, yakni jika engkau akan membantah seorang mubtadi dengan kebid'ahannya agar supaya orang berhati-hati dan waspada darinya, maka engkau harus pula menjelaskan tentang kebaikan-kebaikannya sehingga engkau tidak menzhaliminya?
Maka Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz -semoga Allah menjaganya- menjawab:
"Tidak! Itu tidak wajib. Oleh karena itu apabila kamu membaca kitab-kitab ahlussunnah, engkau akan mendapati (secara jelas) apa yang dimaukan dengan tahdzir. Bacalah dalam kitab-kitab Bukhari: Khalqu Af'alil 'Ibad, di dalam Kitabul Adab dalam Ash-Shahih, kitab As-Sunnah karya Abdullah bin Ahmad, kitab At-Tauhid karya Ibnu Khuzaimah, kitab Raddu Utsman Ibnu Said Ad-Darimi terhadap ahlul bid'ah, dan lain-lain.
Yang diinginkan adalah tahdzir (peringatan) dari kebatilan mereka, dan bukan sebaliknya untuk menjelaskan sejumlah kebaikan-kebaikan mereka, maka kebaikan-kebaikannya tidak ada nilainya dibandingkan dengan kekufuran, jika kebid'ahannya sampai dalam tingkat kekufuran, maka batillah semua kebaikan-kebaikan yang ada padanya. Dan jika tidak sampai dalam tingkat kekufuran maka berbahaya jika menyebutkan kebaikan-kebaikannya, sebab tujuan utamanya adalah menjelaskan kesalahan-kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan yang mengharuskan orang untuk hati-hati dan waspada darinya."
Jawaban di atas dari kaset rekaman pada dars (pelajaran) Asy-Syaikh حفظه الله yang disampaikan pada musim panas tahun 1413 H, di kota Thaif, setelah shalat fajar.
Asy-syaikh Abdul Aziz Al-Muhammad As-Salmani حفظه الله ditanya pertanyaan berikut ini:
"Apakah menurut manhaj salaf disyaratkan harus ada Al-Muwazanah (menyebutkan) antara kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan dalam mentahdzir ahlul bid'ah?"
Maka beliau menjawab:
"Ketahuilah, semoga Allah memberi taufik kepada kami dan kamu dan juga kepada seluruh kaum muslimin, bahwa tidak ada satupun atsar dari salafush shalih baik dari para sahabat maupun para tabi'in yang mengikuti mereka dengan ihsan ada yang mengagungkan seorang pun dari ahlul bid'ah. Tidak ada di antara mereka salafush shalih yang berwala' (membela) ahlul bid'ah maupun menyeru dan mengajak untuk berwala' kepada ahlul bid'ah. Karena ahlul bid'ah itu hati-hati mereka berpenyakit dan di khawatirkan orang-orang yang bergaul dan berhubungan dengan mereka akan terkena penyakit mereka ini, sebab orang sakit bisa menularkan penyakit kepada orang sehat dan tidak sebaliknya (orang sehat tidak akan menularkan kesehatannya kepada orang sakit, pen.), maka hati-hati dan waspadalah terhadap semua ahlul bid'ah. Dan di antara ahlul bid'ah yang wajib dijauhi dan dihajr (ditinggalkan) adalah: Al-Jahmiyyah, Ar-Rafidhah (Syi'ah), Al-Mu'tazilah, Al-Maturidiyyah, Al-Khawarij, Ash-Shufiyyah, Al-Asya'irah dan semua golongan yang berada di jalan mereka, golongan-golongan yang menyalahi dan menyimpang dari jalan salaf, maka seharusnya bagi seorang muslim untuk mentahdzir mereka dan menjauhi mereka.
وصلى الله على محمد وٱله وسلم.
Bersambung insya Allah
Diterjemahkan oleh Al-Ustadzah Ummu Abdillah bintu Ali Bahmid hafizhahallah pada Senin, 6 Shafar 1440 H / 15 Oktober 2018.
Akhawati fillah, jika ada yang tidak dipahami, silakan dicatat untuk ditanyakan melalui admin grup masing-masing.
Barakallahu fikunna
#NAManhaj #NAM4
====================
Bagi yang ingin mendapatkan faedah dari dars Kitab Manhaj Ahlussunnah wal Jama'ah fi Naqdir Rijal wal Kutubi wath Thawa'if yang telah berlalu, silakan mengunjungi:
Channel Telegram
Website
● http://www.nisaa-assunnah.com
🎀 Nisaa` As-Sunnah 🎀