AL-FIQH AL-MUYASSAR (Pertemuan ke-112)




بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن والاه، أما بعد:

5. Jika seorang musafir berniat untuk tinggal menetap secara mutlak atau menjadi penduduk setempat:

🔴 Jika seorang musafir berniat tinggal menetap secara mutlak di negara tujuan safarnya tanpa membatasi diri dengan waktu tertentu atau pekerjaan tertentu, demikian pula jika dia berniat menjadikan negeri itu sebagai negerinya, maka dia wajib menyempurnakan shalat, sebab hukum safar baginya telah terputus.

🔴 Maka jika dia membatasi safar dengan batasan waktu tertentu yang dapat habis waktunya atau dibatasi dengan pekerjaan tertentu yang dapat habis, maka dia tetap sebagai musafir yang boleh meng-qashar shalat.

📙 PEMBAHASAN KEDUA:

✅ MENJAMAK ANTARA DUA SHALAT

🔏 Ada beberapa bagian:

◼ BAGIAN PERTAMA:

1⃣ DISYARIATKANNYA MENJAMAK ANTARA DUA SHALAT DAN SIAPA YANG BOLEH MELAKUKANNYA

🔴 Dibolehkan dalam safar yang shalat di-qashar di dalamnya untuk menjamak antara Zhuhur dengan Ashar dan Maghrib dengan Isya, di salah satu waktu dari keduanya, berdasarkan hadits Mu'adz رضي الله عنه:

أن النبي صلى الله عليه وسلم كان في غزوة تبوك إذا ارتحل قبل زيغ الشمس أخر الظهر حتى يجمعها إلى العصر يصليها جميعا، وإذا ارتحل بعد زيغ الشمس صلى الظهر والعصر جميعا ثم سار.  وكان يفعل مثل ذلك في المغرب والعشاء.

"Bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم dalam perang Tabuk, jika berangkat sebelum matahari tergelincir, maka beliau mengakhirkan Zhuhur hingga menggabungkannya ke Ashar lalu menjamak keduanya. Jika beliau berangkat setelah tergelincirnya matahari, maka beliau shalat Zhuhur dan Ashar dengan menjamaknya, kemudian beliau melanjutkan perjalanan. Dan beliau melakukan seperti itu dalam Shalat Maghrib dan Isya." (HR.Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Sama saja baik ketika sedang berjalan atau sedang singgah, karena ia merupakan salah satu rukhshah/keringanan safar sehingga tidak disyaratkan harus dalam keadaan sedang berjalan, seperti keringanan-keringanan safar yang lain, kecuali bagi musafir yang sedang singgah diutamakan untuk tidak menjamak, sebab Nabi صلى الله عليه وسلم ketika singgah di Mina beliau tidak menjamak.

◼ Jamak juga boleh dilakukan bagi orang  mukim yang sedang sakit, yang jika tidak menjamak, maka berat baginya, berdasarkan perkataan Ibnu Abbas رضي الله عنهما:

جمع رسول الله صلى الله عليه وسلم ببن الظهر والعصر والمغرب والعشاء بالمدينة من غير خوف ولا مطر.

"Rasulullah صلى الله عليه وسلم  menjamak antara Zhuhur dengan Ashar, Maghrib dengan Isya di Madinah, tanpa ada uzur takut dan tidak pula karena hujan."

Dan dalam riwayat lain :

من غير خوف ولا سفر.

"Tanpa ada uzur takut dan tidak safar."

Keduanya diriwayatkan oleh Muslim.

◼ Maka tidak ada yang tersisa kecuali uzur sakit, dan karena Nabi صلى الله عليه وسلم memerintahkan wanita yang istihadhah untuk menjamak dua shalat, sedangkan istihadhah adalah suatu penyakit.

Dalam hadits di atas Ibnu Abbas رضي الله عنهما ditanya,

لم فعل ذلك؟  قال: كي لا بحرج أمته.

"Mengapa Nabi melakukan hal itu?"
Ibnu Abbas menjawab, "Agar tidak memberatkan umatnya."

◼ Maka jika seseorang menghadapi kesulitan dan keberatan jika tidak menjamak, maka dia boleh menjamak dalam keadaan sakit atau ada uzur selain sakit, baik sedang mukim atau musafir.

•••━══ ❁✿❁ ══━•••

 ✍🏼 Diterjemahkan oleh Al-Ustadzah Ummu Abdillah bintu Ali Bahmid hafizhahallah pada hari Rabu, 29 Jumadits Tsani 1440 H / 6 Maret 2019 M

====°°°°====°°°°====°°°°====

🛑 Akhawati fillah, jika ada yang tidak dipahami, silakan dicatat untuk ditanyakan melalui admin grup masing-masing.

🍃 Barakallahu fikunna 🍃

#NAMuyassar #NAM112
○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○

🖥 Bagi yang ingin mendapatkan faedah dari dars kitab Al-Fiqhu Al-Muyassar, silakan mengunjungi:
📠 Channel Telegram:
       ● http://t.me/NAmuyassar
       ● http://t.me/nisaaassunnah
🌐 Website:
       ● http://www.nisaa-assunnah.com/p/namuyassar.html
       ● http://www.nisaa-assunnah.com

🎀 Nisaa` As-Sunnah 🎀
Lebih baru Lebih lama