Fiqh Al-Mar'ah Al-Muslimah ( Pertemuan ke - 216 )



KAJIAN FIKIH




Dari kitab:

Fiqh Al-Mar'ah Al-Muslimah



Penulis:

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin رحمه الله




بسم الله الرحمن الرحيم

الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن والاه، أما بعد:




KETERANGAN TAMBAHAN:


BARANG SIAPA YANG TELAH MASUK (MENGERJAKAN) IBADAH FARDHU YANG WAKTUNYA LUAS, MAKA HARAM DIA MEMUTUSKAN/MEMBATALKANNYA KECUALI JIKA ADA UZUR SYAR'I, SEPERTI SHALAT ATAU PUASA:


Dan jika tidak tersisa waktu kecuali hanya sedikit, atau waktu yang ada sempit, maka hal itu lebih utama, yakni lebih haram - lebih terlarang) untuk membatalkannya.

Adapun ibadah sunnah, maka tidak terlarang untuk membatalkannya.


Dalilnya adalah hadits riwayat Muslim, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم pada suatu hari masuk ke rumah istrinya, lalu beliau bertanya:


هل عندكم من شيء؟


"Apakah kalian punya sesuatu (yakni makanan)?"




Istri beliau menjawabnya:

نعم، عندنا حيس


"Ya, kami punya 'hais'."



'hais' sejenis makanan yang terbuat dari kurma yang dilumatkan dicampur dengan roti gandum dan minyak samin. Dan sampai sekarang tetap ada di Madinah. (keterangan pen.).



Selanjutnya beliau berkata,


ارينيه - يقول لعائشة رضي الله عنها.


"Tunjukkan kepadaku."


Beliau berkata kepada Aisyah رضي الله عنها, beliau bersabda,


فلقد أصبحت صائما.


"Sungguh sejak pagi tadi aku berpuasa."




Aisyah رضي الله عنها berkata,


فأرته إياه. فأكل.


"Maka aku tunjukkan ia kepadanya, lalu beliau memakannya."
HR. Muslim (1154).



Keterangan penerjemah:



Yakni dari hadits di atas difahami bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم membatalkan puasa sunnah, dan hal itu boleh. (Selesai keterangan pen.).

Akan tetapi yang afdhal adalah tidak membatalkan ibadah yang sunnah kecuali ada uzur syar'i, berdasarkan firman Allah ta'ala:


ولا تبطلوا أعمالكم


"Dan janganlah kalian membatalkan amal-amal kalian."
QS. Muhammad: 33



Dan juga berdasarkan sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم kepada Abdullah bin Amr:


لا تكن مثل فلان كان يقوم الليل فترك قيام الليل.


"Janganlah kamu seperti fulan, dahulu dia mengerjakan shalat tahajud lalu dia meninggalkan tahajud."
HR. Al-Bukhari (1101), dan Muslim (1159).



Jika Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam hadits di atas mengkritik orang yang meninggalkan tahajud, maka apalagi terhadap orang yang membatalkan ibadah sunnah yang sedang dikerjakan!!

Maka tidak boleh membatalkan ibadah sunnah kecuali ada alsan yg benar/syar'i.



KETERANGAN:


Tidak wajib mengqadha ibadah sunnah jika ibadah tersebut rusak/batal.

Kecuali haji dan umrah, berdasarkan firman Allah ta'ala:


وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ ۚ


"Dan sempurnakanlah haji dan umrah karena Allah."
QS. Al-Baqarah: 196.



Walhamdulillah telah selesai bab tentang Puasa.



BAB TENTANG LAILATUL QADR


Bersambung insya Allah



•••━══ ❁✿❁ ══━•••



Diterjemahkan oleh Al-Ustadzah Ummu Abdillah bintu Ali Bahmid hafizhahallah pada Selasa, 27 Sya'ban 1441 H / 21 April 2020 M.


Akhawati fillah, jika ada yang tidak dipahami, silakan dicatat untuk ditanyakan melalui admin grup masing-masing.



Barakallahu fikunna



#NAFiqih #NAFQ216


===================


Bagi yang ingin mendapatkan faedah dari dars Kitab Fiqh Al-Mar'ah Al-Muslimah yang telah berlalu, silakan mengunjungi:











Lebih baru Lebih lama