Fiqh Al-Mar'ah Al-Muslimah ( Pertemuan ke - 189 )



KAJIAN FIKIH 




Dari kitab:

Fiqh Al-Mar'ah Al-Muslimah



Penulis:

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin رحمه الله



KITABUSH SHIYAM (KITAB TENTANG PUASA) ~ Pertemuan 7


بسم الله الرحمن الرحيم

الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن والاه، أما بعد:




SYARAT SAH PUASA BERIKUTNYA:



4. MUQIM


Maka musafir tidak wajib berpuasa, sebagaimana firman Allah ta'ala:


وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ

"Barang siapa yang sakit atau safar, maka hendaklah menggantinya di hari-hari yang lain." QS. Al-Baqarah: 185


Dan ulama sepakat tentang bolehnya berbuka (tidak berpuasa) bagi musafir.


MANA YANG LEBIH UTAMA BAGI MUSAFIR, PUASA ATAU BERBUKA?


Yang lebih utama bagi musafir adalah melakukan yang paling mudah:


A). Jika berpuasa ketika safar menimbulkan mudharat, maka haram puasa. Allah Ta'ala berfirman :


وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ۚ

"Janganlah kalian membinasakan diri-diri kalian." QS. An-Nisa: 29



B). Jika berpuasa dan tidak berpuasa sama saja bagi musafir, maka berpuasa lebih utama, berdasarkan dalil-dalil berikut:


1. Bahwa ini adalah perbuatan Nabi صلى الله عليه وسلم, Abu Darda رضي الله عنه berkata,


كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم في رمضان في يوم شديد الحر حتى أن أحدنا ليضع يده على رأسه من شدة الحر، ولا فينا صائم إلا رسول الله صلى الله عليه وسلم وعبدالله بن رواحة.


"Kami pernah (safar) bersama Nabi صلى الله عليه وسلم di bulan Ramadhan pada hari yang sangat panas, sehingga ada salah seorang di antara kami yang meletakkan tangannya di atas kepala karena sangat panas, tidak ada di antara kami yang berpuasa kecuali (yang mampu berpuasa) Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan Abdullah bin Rawahah."
HR. Al-Bukhari (1843) dan Muslim (1122).



2. Bahwa berpuasa Ramadhan ketika safar berarti telah lepas tanggunggan/kewajiban.


3. Lebih ringan bagi mukallaf (orang yang sudah baligh), sebab puasa bersama orang banyak lebih ringan daripada berpuasa sendirian (dengan qadha puasa), hal ini sudah makruf diketahui oleh orang pada umumnya.


4. Dia mendapati waktu yang afdhal, yakni bulan Ramadhan, karena puasa di bulan Ramadhan lebih utama daripada puasa di selainnya, sebab Ramadhan merupakan tempat diwajibkannya.



C). Jika berat berpuasa ketika safar, maka berbuka (tidak puasa) lebih utama. Dalilnya hadits riwayat Muslim, yang artinya:

Sesungguhnya Nabi صلى الله عليه وسلم ketika safar pernah dalam keadaan berpuasa, beliau tidak berbuka kecuali ketika dikatakan kepada beliau, "Sesungguhnya orang-orang merasa berat berpuasa, mereka menunggu apa yang akan engkau kerjakan." Itu terjadi di waktu Fathu Makkah, beliau tetap berpuasa sampai tiba di tempat bernama Kura'ul Ghamim, padahal mereka telah mengetahui bahwa orang yang berpuasa boleh memilih tetap puasa atau boleh juga berbuka, akan tetapi mereka ingin mencontoh Nabi صلى الله عليه وسلم, maka beliau meminta satu bejana air setelah waktu Ashar, dan beliau mengangkat tinggi-tinggi bejana tersebut lalu meminumnya sehingga semua orang melihatnya, begitu melihatnya maka orang-orang pun minum air menyontoh beliau, lalu datang seseorang sambil berkata, "Sesungguhnya ada sebagian orang masih tetap berpuasa."




Maka beliau bersabda :


أولئك العصاة، أولئك العصاة.


"Mereka itu bermaksiat, mereka bermaksiat."
HR. Muslim (1114).


Dikatakan bermaksiat, karena mereka tetap berpuasa padahal merasa sangat berat.



Oleh karena itu kami katakan, jika berat berpuasa maka berbuka lebih afdhal. Adapun jika sangat berat maka haram tetap berpuasa."


Bersambung insya Allah




•••━══ ❁✿❁ ══━•••



Diterjemahkan oleh Al-Ustadzah Ummu Abdillah bintu Ali Bahmid hafizhahallah

Diposting ulang hari Kamis, 7 Ramadhan 1441 H / 30 April 2020 M



#NAFiqih #NAFQ189


===================


Bagi yang ingin mendapatkan faedah dari dars Kitab Fiqh Al-Mar'ah Al-Muslimah yang telah berlalu, silakan mengunjungi:










Lebih baru Lebih lama