Syarh Al-Qawa'idil Arba' ( Pertemuan ke - 6 )






 Dari kitab:

Syarh Al-Qawa'idil Arba'

(Syarh Kaidah yang Empat)



Penulis : 

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab رحمه الله تعالى



Syarah/Penjelasan oleh:

Asy-Syaikh Shalih bin Abdul Aziz bin Muhammad Alu Asy-Syaikh



بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن والاه، أما بعد



PERBEDAAN ANTARA SYUKUR DAN AL-HAMDU/ PUJIAN



▪️Bersyukur itu karena menerima kenikmatan.

▪️Al-hamdu/memuji itu karena menerima kenikmatan atau bahkan sebaliknya.


▪️Bersyukur itu bisa dengan lisan maupun amal perbuatan. 

▪️Memuji itu hanya dengan lisan tanpa amal perbuatan.



Perbedaan antara keduanya ma'ruf telah diketahui oleh para ulama.


Dan yang seharusnya diperhatikan adalah bahwa seorang hamba jika diberi sesuatu, hendaklah bersyukur kepada Allah jalla wa'ala, bersyukur atas pemberian suatu kenikmatan seperti yang telah disebutkan bisa dilakukan dengan lisan maupun amal perbuatan.


Bersyukur dengan lisan, yakni  menisbahkan pemberian tersebut kepada Dzat yang telah memberikannya, lalu menyanjung-Nya, dan tidak memalingkan kepada selain-Nya, sebagaimana firman Allah ta'ala,



وَمَا بِكُم مِّن نِّعۡمَةٖ فَمِنَ ٱللَّهِۖ 



"Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah." QS. An-Nahl: 53



Allah ta'ala juga berfirman,



يَعۡرِفُونَ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ ثُمَّ يُنكِرُونَهَا 



"Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya." QS. An-Nahl: 83



Bersyukur bisa juga dengan amal perbuatan, yakni bersyukur mempergunakan kenikmatan dengan amal yang dicintai oleh yang memberi kenikmatan tersebut, dan ini termasuk amal ibadah yang dicintai oleh Allah, bahkan ibadah yang paling dicintai oleh Allah adalah seorang hamba yang selalu bersyukur, dan sedikit sekali jumlah mereka, sebagaimana firman Allah ta'ala,



 وَقَلِيلٞ مِّنۡ عِبَادِيَ ٱلشَّكُورُ



"Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur." QS. Saba': 13



Allah ta'ala berfirman,



ذُرِّيَّةَ مَنۡ حَمَلۡنَا مَعَ نُوحٍۚ إِنَّهُۥ كَانَ عَبۡدٗا شَكُورٗا




"(Wahai) keturunan orang yang Kami bawa bersama Nuh. Sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” QS. Al-Isra': 3



Yakni, wahai keturunan yang Kami bawa bersama Nuh, sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba Allah yang banyak bersyukur.

Nabi Nuh adalah hamba yang banyak bersyukur kepada Allah jalla wa'ala, ulama ahli tafsir berkata, 

'Nabi Nuh alaihissallam ketika makan maka bersyukur kepada Allah atas makanan tersebut, jika minum, maka bersyukur kepada Allah atas minuman tersebut, jika berpakaian, maka bersyukur kepada Allah atas pakaian tersebut, yakni, merasa yakin tidak memiliki daya dan upaya untuk mendatangkan segala kenikmatan sendiri tanpa kehendak dari Allah,  dan mengetahui bahwa segala kenikmatan datangnya dari Allah jalla wa'ala.


Maka masalah syukur ini erat kaitannya dengan tauhid.



Bersambung insya Allah



•••━══ ❁✿❁ ══━•••



Diterjemahkan oleh Al-Ustadzah Ummu Abdillah bintu Ali Bahmid hafizhahallah pada Kamis, 18 Sya'ban 1442 H / 1 April 2021.



Akhawati fillah, jika ada yang tidak dipahami, silakan dicatat untuk ditanyakan melalui admin grup masing-masing.


Barakallahu fikunna 



#NATauhid2 #NAT6


====================


Bagi yang ingin mendapatkan faedah dari dars Kitab Syarh Al-Qawa'idil Arba' yang telah berlalu, silakan mengunjungi:


Channel Telegram




Website 





🎀 Nisaa` As-Sunnah 🎀











 

Lebih baru Lebih lama