ATAS NAMA SIAPAKAH BERKURBAN ITU DISYARIATKAN?





ATAS NAMA SIAPAKAH BERKURBAN ITU DISYARIATKAN?



📝 Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjawab,


“Disunnahkan dari orang yang masih hidup, bukan dari orang yang telah mati.


Oleh sebab itulah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah berkurban atas nama seorang pun yang telah mati. 

Tidak pula untuk istrinya, Khadijah radhiallahu anha, yang paling beliau cintai. 

Tidak juga untuk Hamzah radhiallahu anhu, paman yang beliau cintai. 

Tidak pula untuk putra-putri beliau yang telah wafat semasa hidup beliau, padahal mereka adalah bagian dari beliau. 

Beliau hanya berkurban atas nama diri dan keluarganya.


Barang siapa memasukkan orang yang telah meninggal pada keumuman (keluarga), pendapatnya masih ditoleransi. 

Namun, berkurban atas nama orang yang telah mati di sini statusnya hanya mengikut, bukan berdiri sendiri.


✅ Oleh karena itu, tidak disyariatkan berkurban atas nama orang yang mati secara tersendiri, karena tidak warid (datang) riwayat dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam.” 


(asy-Syarhul Mumti’, 3/423—424, cet. Darul Atsar, lihat pula hlm. 389—390)



❗️Berkurban atas nama orang yang telah mati hanya diperbolehkan pada keadaan berikut:


1️⃣ Apabila orang yang telah mati tersebut pernah bernazar sebelum wafatnya. Nazar tersebut dipenuhi karena termasuk nazar ketaatan.


2️⃣ Apabila orang yang telah mati tersebut berwasiat sebelum wafatnya. 

Wasiat tersebut dapat terlaksana dengan ketentuan tidak melebihi sepertiga harta sang mayit. 


(Lihat Syarh Bulughil Maram, 6/87—88, karya Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah)



🖥  Simak selengkapnya:






•┈┈┈┈•✿❁•••❁✿• ┈┈┈┈•


📬 Diposting ulang hari Rabu, 4 Dzulhijjah 1442 H / 14 Juli 2021 M






🎀 Nisaa` As-Sunnah 🎀










 

Lebih baru Lebih lama