Manhaj Ahlussunnah wal Jama'ah fi Naqdir Rijal wal Kutubi wath Thawa'if (Pertemuan ke - 52 )





Dari kitab:

Manhaj Ahlussunnah wal Jama'ah fi Naqdir Rijal wal Kutubi wath Thawa'if

(Manhaj Ahlussunnah wal Jama'ah dalam Mengkritisi Orang, Kitab dan Golongan)



Penulis: 

Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi Umair Al-Madkhali حفظه الله تعالى



بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن والاه، أما بعد:



Kemudian beliau (Asy-Syaikh Rabi' hafizhahullah) melanjutkan dengan menyampaikan perkataan sebagian ulama salaf:


Dari Abu Faras berkata, Umar Ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu berkhutbah,

 "Wahai manusia! Ketahuilah bahwa kami mengetahui keadaan (iman) kalian hanya ketika Nabi صلى الله عليه وسلم berada di antara kita dan ketika wahyu masih turun, ketika itu Allah mengabarkan kepada kita keadaan (iman) kalian, akan tetapi ketahuilah sekarang bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم telah wafat dan wahyu telah terputus, maka kami mengetahui keadaan iman kalian seperti yang kami katakan ini, 'barang siapa di antara kalian yang nampak (pada lahirnya) baik, maka kami pun menganggapnya baik dan mencintainya, dan sebaliknya siapa di antara kalian yang nampak pada lahirnya (beramal) jelek, maka kami pun menganggapnya jelek dan membencinya. Adapun rahasia-rahasia di hati kalian hanya Allah yang mengetahuinya." 

Dalam Musnad Imam Ahmad 1/41.


Dihasankan oleh Asy-Syaikh Ahmad Syakir, dan ada kritikan pada derajat hasannya, akan tetapi ia dijadikan pijakan bagi amal perbuatan ulama salaf.



Imam Al-Bukhari  berkata dalam kitabnya Shahih Bukhari 2/25, dalam Kitab Asy-Syahadaat, hadits no. 2641: Menyampaikan kepada kami Al-Hakam bin Nafi', dari Syu'aib dari Az-Zuhri berkata, menyampaikan kepadaku Humaid bin Abdurrahman bin Auf, bahwa Abdullah bin Utbah berkata, Aku mendengar Umar bin al-Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata, 

"Sesungguhnya Manusia (para sahabat) dahulu mengikuti wahyu di masa Rasulullah صلى الله عليه وسلم (masih hidup), dan sekarang wahyu telah terputus (setelah wafat Rasulullah صلى الله عليه وسلم), maka sekarang kami hanyalah melihat amal-amal zhahir kalian, maka siapa yang amal zhahirnya baik kami percaya dia dan mendekatinya, dan kami tidak berdosa sedikit pun dengan rahasia yang dia simpan di hatinya, Allah yang akan menghisabnya kelak apa yang dia rahasiakan di hatinya, sebaliknya yang nampak amal zhahirnya jelek, kami tidak tidak mempercayainya dan tidak mendekatinya, meskipun dikatakan bahwa niat dalam hatinya baik."


Terkadang makna dua hadits itu sama setelah memperhatikan dengan seksama dan memahaminya.
Maka apa yang dikatakan oleh Ash-Shuyan (yang berpendapat harus adil menghukumi seseorang, tidak bisa hanya dilihat zhahirnya yang mungkin jelek amalnya, tapi kemungkinan dalam hatinya ada niat baik. Pen.) maka hal ini menyelisihi pendapat para salaf.



Bersambung insya Allah




•••━══ ❁✿❁ ══━•••



Diterjemahkan oleh Al-Ustadzah Ummu Abdillah bintu Ali Bahmid hafizhahallah pada Senin, 14 Muharram 1443 H / 23 Agustus 2021.


Akhawati fillah, jika ada yang tidak dipahami, silakan dicatat untuk ditanyakan melalui admin grup masing-masing.



Barakallahu fikunna 



#NAManhaj #NAManhaj52

======================



Bagi yang ingin mendapatkan faedah dari dars Kitab Manhaj Ahlussunnah wal Jama'ah fi Naqdir Rijal wal Kutubi wath Thawa'if yang telah berlalu, silakan mengunjungi:


📠 Channel Telegram




🌐 Website 





🎀 Nisaa` As-Sunnah 🎀












 

Lebih baru Lebih lama