Kitab Fiqh Al Mar'atul Muslimah (Pertemuan 53): DARAH HAIDH TIDAK LANCAR KELUAR, SEHARI KELUAR SEHARI TIDAK

DARAH HAIDH TIDAK LANCAR KELUAR


KAJIAN  FIQIH 
Dari kitab:
Fiqh Al-Mar`ah Al-Muslimah
Penulis: Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin رحمه الله


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن والاه، أما بعد:



Saudaraku seiman, semoga rahmat Allah dilimpahkan kepadaku dan kepada kalian semua.


Melanjutkan kajian kitab fiqih, kita sampai pada pembahasan 'Beberapa Kasus yang Terjadi Pada Wanita Haidh', tiga macam kasus telah kita kaji, kali ini kita sampai pada kasus ke-4

4. DARAH HAIDH TIDAK LANCAR KELUAR, SEHARI KELUAR SEHARI TIDAK.

Kasus semacam di atas, yakni sehari keluar darah haidh, besok hari bersih tidak keluar darah, begitu seterusnya, maka hal semacam ini ada dua keadaan:

1. Hal ini dialami wanita selamanya sepanjang waktu, maka ini dinamakan darah ISTIHADHAH, maka dia dihukumi istihadhah.

2. Tidak terjadi secara terus menerus, tapi terkadang terjadi hal seperti itu, sehingga ada waktu-waktu dia dalam keadaan suci, maka para ulama رحمهم الله ada khilaf dalam keadaan ketika darah tidak keluar, apakah dihukumi SUCI atau dihukumi HAIDH?

Madzhab Syafi'i dalam pendapatnya yang paling shahih, menghukumi bahwa hari ketika darah tidak keluar (di masa-masa haidh), maka dihukumi masih tetap HAIDH, begitu pula pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, juga madzhab Abu Hanifah.

Hal itu disebabkan:

  • Qashshatul baidha' (cairan putih tanda sudah suci) belum keluar
  • Jika itu dianggap suci, maka artinya hari sebelumnya (ketika darah keluar) dianggap haidh, begitu pula hari setelahnya (ketika darah keluar lagi) dianggap haidh
  • Atau jika itu dianggap suci, jika dia dalam masa 'iddah maka akan dihitung satu kali quru'
  • Jika itu dianggap suci, maka akan sangat memberatkan, sebab dia harus mandi suci setiap dua hari sekali (yakni ketika darah haidh keluar dia tidak shalat, besok hari ketika darah berhenti dia harus mandi suci, besoknya lagi ketika darah keluar dia berhenti shalat, ketika darah berhenti dia mandi suci lagi, begitu seterusnya, pen.)
  • Yang seperti itu akan memberatkan, padahal syariat ini tidak memberatkan bagi umatnya walhamdulillah.


 Sebagaimana firman Allah,


{.. وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ ...} الحج : 78]


"Dan Dia tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesulitan." 
(QS. Al-Haj: 78)

Berdasarkan ayat di atas, maka darah yang berhenti sehari atau kurang dari sehari tidak dianggap sudah suci, selama itu terjadi di masa-masa rutinitas haidh, kecuali dianggap sudah suci apabila:

  • Berhenti darah di akhir masa haidh, atau
  • keluar qashshatul baidha' (cairan/lendir putih bersih).


5. KELUAR DARAH KERING

Apabila keluarnya di tengah haidh, atau bersambung setelah darah haidh, lalu keluar darah kering, dan ini terjadi SEBELUM SUCI, maka dihukumi HAIDH, tetapi jika darah kering ini keluar SETELAH SUCI, maka dihukumi bukan haidh, sama seperti jika keluar flek kuning atau coklat, dihukumi sama seperti keluarnya darah kering.

HUKUM-HUKUM BAGI WANITA HAIDH

Bersambung in sya Allah


Diterjemahkan oleh Al-Ustadzah Ummu Abdillah Zainab bintu Ali Bahmid hafizhahallah pada Selasa, 24 Rabi'ul Awal 1437 H / 5 Januari 2016



http://annisaa.salafymalang.or.id

Channel Telegram
http://bit.ly/NisaaAsSunnah



Nisaa` As-Sunnah
Lebih baru Lebih lama