Mendudukkan Akal di Hadapan Syariat


Akal memiliki fungsi strategis dalam kehidupan manusia. Namun akal bukan segalanya, mustahil bagi akal untuk mengetahui segala sesuatu yang baik dan buruk.

Allah memberikan batasan bagi akal manusia dengan batasan-batasan yang mustahil untuk dilampaui. Barangsiapa berupaya melampauinya sungguh dia telah melakukan satu tindakan bodoh dan dungu. Bahkan bisa jadi akan berakhir dengan hilangnya akal, Stess !. Seperti mereka yang sibuk dengan ilmu kalam, ilmu filsafat atau sejenisnya, akhir dari pengembaraan akalnya adalah keruwatan dan tekanan jiwa.

Sejenak kita merenung, mampukah akal memastikan apa yang akan terjadi esok hari ? Mungkinkah pula akal mendeteksi kapan dan di bumi mana kita akan mati ?

Ini salah satu bukti keterbatasan akal. Akal manusia tidak mampu menembus tabir gaib, ilmu yang Allah khususkan untuk diri-Nya.

 

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ


Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Namun sayang ada sebagian manusia yang berani berdusta mampu menyingkap tabir ghaib seperti para tukang ramal, astrolog, paranormal, dukun, tukang sihir dan semisalnya. Mereka semua sungguh telah keluar dari millah islam dan telah merusak akalnya karena mengaku sama dengan Allah dalam hal mengetahui ilmu ghaib.

Allah berikan akal bagi manusia untuk mentadaburi dan memahami syareat yang Allah wahyukan kepada Nabi dan Rasul-Nya shallallohu’alaihi wasallam. Allah berfirman:

 

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الألْبَابِ

 

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. Shaad: 29

Dihadapan syareat, akal harus tunduk. Sumber syareat hanyalah wahyu Allah, Al-Quran dan As-Sunnah, bukan akal. Intinya akal harus mengikuti wahyu, akal harus tunduk kepada berita-berita dan hukum-hukum Al-Quran dan As-Sunnah sebagaimana tersebut dalam banyak ayat-ayat Al-Quran. Allah berfirman:

 

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ # وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ وَاصْبِرْ حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ

 

Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al Qur'an) dari Tuhanmu, sebab itu barang siapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu". Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. Yunus: 108-109

 

اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلا مَا تَذَكَّرُونَ


kutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). Al-a’raf: 3

Imam Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri berkata:

 

من الله الرسالة وعلى الرسول البلاغ وعلينا التسليم

 

“Risalah itu dari Allah, kewajiban Rasul  menyampaikan, dan kewajiban kita adalah tunduk dan berserah diri.”

[Abu Ismail Mumahmad Rijal]

http://telegram.me/AISARibnuljazari


Diposting ulang oleh

Nisaa` As-Sunnah

Lebih baru Lebih lama