TANYA JAWAB NISAA` AS-SUNNAH 8 Jum'at, 27 Syaban 1437 H / 3 Juni 2016 M


PERTANYAAN 1

Bismillah.

Afwan Ustadzah, ana ingin bertanya, setiap akan mengambil wudhu ana biasanya buang air kecil (pipis), terlebih dahulu, setelah itu ana mengambil air wudhu, tetapi terkadang setelahnya ana sering merasakan ada air yang keluar dari kemaluan, tapi ana tidak tahu apakah air itu sisa air kencing ataukah sisa air basuhnya.

Apakah ana harus mengulang wudhu lagi?

Jazakillahu khairan.

JAWABAN

Jika setelah BAK sudah tuntas kemudian istinjak dengan bersih lalu berwudhu, jika merasa ada sesuatu yang keluar dari farji itu adalah sisa air suci dari bekas istinjak, dan jika SERING merasa seperti itu ketahuilah bahwa itu WAS-WAS dari setan yang mengganggu dalam thaharah seorang hamba. Jangan dihiraukan tetaplah dalam thaharah jangan mengulang wudhu lagi.

Barakallahu fiki.

PERTANYAAN 2

Bismillah.

Ustadzah, mohon dijelaskan permasalahan berikut:

- Apabila seorang anak meninggal sebelum kedua orang tuanya, bagaimana hak warisnya?

- Apabila anak tersebut sudah mempunyai anak, apakah diserahkan kepada anaknya?

- Apakah ada perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan?

Ana pernah baca kalau perempuan hak warisnya terhapus, Allahu a'lam.

Jazakillahu khairan.

JAWABAN

Jika anak meninggal lebih dahulu sebelum orang tuanya, maka tidak mendapat hak waris, juga tidak bisa diberikan kepada anaknya/cucunya.

Anak laki-laki atau perempuan sama, jika meninggal lebih dahulu sebelum orang tuanya maka tidak mendapat hak waris. Allahu a'lam wa barakallahu fiki.

PERTANYAAN 3

Bismillah.

Ustadzah mohon penjelasannya, manakah yang lebih utama bagi seorang istri saat malam Ramadhan, apakah mengutamakan hak suami yang mengajaknya berjima' atau shalat malam?

Berdosakah jika istri menunda kebutuhan suami dan lebih mengutamakan shalat tarawih atau shalat tahajud dahulu baru bersama suaminya?

Jazakillaah khairan.

JAWABAN

Kewajiban itu lebih utama daripada sunnah, hak suami merupakan kewajiban bagi istri, sedangkan shalat malam hukumnya sunnah, sehingga jika suami meminta jima' maka pahalanya lebih besar daripada pahala shalat malam. Dan istri yang menunda kewajibannya berarti berdosa karena lebih mendahulukan yang sunnah, dan hal itu menunjukkan kurangnya ilmu.

Barakallahu fiki.

PERTANYAAN 4

Bismillah.

Ustadzah hafizhakillah.

Ana ingin bertanya, siapakah yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pendidikan anak, ayah ataukah ibu?

Jazakumullahu khairan

JAWABAN

Kedua orang tua sama-sama memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendidik anak. Ayah dan ibu sama berat tanggung jawabnya, tidak ada yang lebih berat atau lebih ringan, dan hendaknya keduanya saling ta'awun dalam mendidik anak-anaknya.

Barakallahu fiki.

PERTANYAAN 5

Ustadzah Ummu Abdillah hafizhakillah

Jika dalam keadaan berpuasa ana sangat marah kepada seseorang yang telah membuat kesal, tapi kemarahan tersebut hanya disimpan di dalam hati, apakah kemarahan yang tersimpan di dalam hati itu bisa mengurangi pahala puasa juga?

Jazakillahu khairan atas jawaban Ustadzah.

JAWABAN

Ketika berpuasa, dianjurkan untuk bersih hati dan lisan dari menzhalimi orang lain, tentunya pahala lebih besar dan sempurna diberikan kepada hamba yang berpuasa dalam keadaan bersih hatinya dari marah dan dendam terhadap saudara sesama muslim, sehingga dendam dan kemarahan yang tersimpan dalam hati, membuat pahala tidak sempurna. Allahu a'lam wa barakallahu fiki.

 

PERTANYAAN 6
Bismillah.
Afwan Ustadzah hafizhakillah, mohon penjelasan tentang shalat sunnah (lail) setelah shalat witir, apakah ini masalah ijtihadiyah/khilafiyah?
Sebab ana pernah membaca bahwa tidak ada 2 witir dalam 1 malam, akan tetapi boleh melaksanakan shalat lail di akhir malam meskipun dia sudah shalat witir di awal malam.
Jazakillahu khairan atas jawaban Ustadzah.

JAWABAN
Ini bukan masalah khilafiyah, tapi ulama ahlussunnah SEPAKAT bahwa witir adalah PENUTUP shalat malam, yakni jika tidak bisa bangun di akhir malam maka hendaklah shalat witir di awal malam yakni sebelum tidur, dan shalat malam sudah ditutup dengan witir sehingga tidak ada lagi shalat malam/tahajud setelah shalat witir.
Allahu a'lam wabarakallahu fiki.


PERTANYAAN 7
Bismillah.
Dalam Faedah Pagi tanggal 2 Juni 2016 tertulis:

Al-Imam Ibnu Baz رحمه الله berkata,
"Perkataan seorang hamba:
'Apa yang dikehendaki Allah DAN dikehendaki fulan'
Atau,
'Andaikata bukan karena Allah DAN fulan'
Atau,
'Ini dari Allah DAN dari fulan'
Semua itu termasuk SYIRIK kecil." (Majmu'  Al-Fatawa 1/45)

Yang ingin ana tanyakan, apakah kata-kata 'DAN' ini yang menjadikan kalimat tersebut sebagai kalimat yang mengandung kesyirikan?

Lalu bagaimana pula kalimat yang benar agar tidak terjatuh pada kesyirikan, misalnya:

 

1.Ada seseorang memberikan kita makanan, kita berucap, "Tadi di pondok, fulanah memberiku makanan"
(Dars Tsalatsatul Ushul pada pertemuan 14 tentang "Allah yang Memberi Kita Rizki" )

2.memotivasi anak agar mau makan misalnya dengan kata-kata, "Makan ya nak biar kamu gak sakit-sakitan."

Dan ungkapan-ungkapan sehari-hari lainnya yang tanpa sadar seringkali kita ucapkan.
Bagaimana prinsip dalam berkata-kata agar tidak terjatuh pada kesyirikan, Ustadzah?
Jazakillahu khairan wa barakallahu fik.

JAWABAN
Ya benar kata 'DAN' (tertulis dengan huruf besar) itulah yang menyebabkan kalimat tersebut bermakna syirik, sebab 'dan' dalam bahasa Indonesia dinamakan kata 'penghubung' yang menghubungkan 2 anak kalimat yang SAMA atau SEBANDING, sehingga artinya menyamakan atau mensejajarkan antara Allah dengan makhluk.
Kalimat yang benar adalah HANYA menisbahkan kepada Allah semata.
 

Adapun kalimat seperti yang ditanyakan, 'Tadi di pondok, fulanah memberiku makanan' atau kalimat, 'Makan ya nak biar kamu sehat' , kalimat tersebut sama sekali tidak mengandung syirik kecil sebab tidak ada kata 'DAN' yang menyamakan Allah dengan makhluk.
 

Contoh lain kalimat yang mengandung syirik yaitu, 'Kesembuhan yang aku dapatkan ini dari Allah dan dari dokter fulan', atau contoh kalimat syirik yang lain, ' Andaikan bukan karena Allah dan fulanah saya belum mendapatkan suami' (karena fulanah sebagai perantara mendapatkan jodoh).
 

Bagaimana supaya selamat dalam berucap sehingga tidak terjerumus dalam kesyirikan?
Jawabannya hanya satu, yakni dengan ILMU TAUHID, teruslah belajar tauhid maka kelak akan paham mana yang tauhid dan mana syirik. Allahu a'lam wa barakallahu fiki.


http://annisaa.salafymalangraya.or.id
http://bit.ly/nisaaassunnah


Nisaa` As-Sunnah

Lebih baru Lebih lama