HUKUM MEMBERIKAN ZAKAT KEPADA KELUARGA DEKAT




Dari shahabat Salman bin ‘Amir rodhiyallahu ‘anhu , bahwasanya Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ الصَّدَقَةَ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ، وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ»

”Sesungguhnya, shodaqoh kepada orang miskin dinilai (sebagai) shodaqoh (saja), adapun kepada orang yang memiliki hubungan rahim (yakni keluarga)  dinilai (sebagai) dua hal: ‘Shodaqoh dan silaturahmi.’ ”

[ HR. At-Tirmidzi no. 658, An-Nasai no.2582 , dan Ibnu Majah no.1844 ]
Derajat Hadits: Shohih.
Hadits ini dishohihkan oleh Al-Albani -rohimahullah- dalam kitab “Irwa’ul Gholil” no.883.

Makna Shodaqoh dalam hadits ini mencakup shodaqoh wajib (yakni zakat) dan shodaqoh sunnah (yang dianjurkan). [ Lihat Hasyiyah As-Sindi ‘ala Sunan Ibni Majah (1/566)]

Sebagaimana Makna Shodaqoh dalam surat At-Taubah ayat 60 adalah zakat.

 إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Dan dalam surat At-Taubah ayat 103;

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka."

Bolehnya memberikan zakat kepada keluarga dekat.
- Pendapat ini dipilih oleh Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rohimahullah sebagaimana dijelaskan dalam salah satu fatwanya, Ketika ditanya tentang, Hukum memberikan zakat fitrah kepada keluarga yang fakir?

Beliau menjawab:
“Boleh memberikan zakat fithrah maupun zakat mal (harta) kepada keluarga dekat yang fakir (miskin). Bahkan pemberian zakat kepada keluarga dekat lebih utama dibandingkan kepada orang-orang jauh. Alasannya, pemberian zakat kepada karib kerabat terhitung sebagai shodaqoh dan silaturahmi.” [Lihat ”Majmu’ Fatawa wa Rosail Al-‘Utsaimin” ; (18/413-414) ]

Beliau menambahkan penjelasan, hal itu diperbolehkan dengan syarat:
Bukan dalam rangka menahan hartanya agar tidak didapatkan orang lain. Hal itu terjadi, jika si fakir adalah orang yang wajib dinafkahi pemberi zakat (yakni dalam tanggungan nafkahnya, pen.).
Jika keadaannya seperti itu, maka tidak boleh dan tidak halal.
Jika si fakir bukan orang yang wajib dia nafkahi, maka boleh.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits.
[ Diringkas dari Majmu’ Fatawa wa Rosail Al-‘Utsaimin ; (18/413-414) ]

Wallahu a’lamu bisshowab (AH)

#Keutamaan #Zakat #Shodaqoh #Silaturahmi

YOOK NGAJI YANG ILMIAH
(Memfasilitasi Kajian Islam secara Ilmiah)
Blog: https://Yookngaji.blogspot.com
Gabung Saluran Telegram: https://t.me/yookngaji


Diposting ulang hari Sabtu, 22 Ramadhan 1438 H / 17 Juni  2017 M

http://www.nisaa-assunnah.com
http://t.me/nisaaassunnah


Nisaa As-Sunnah
Lebih baru Lebih lama