BOLEHKAH AYAH ANGKAT MENJADI WALI NIKAH BAGI GADIS PUNGUT DAN MEMASUKKANNYA KE DALAM KARTU KELUARGA





BOLEHKAH AYAH ANGKAT MENJADI WALI NIKAH BAGI GADIS PUNGUT DAN MEMASUKKANNYA KE DALAM KARTU KELUARGA❓


✍Al Lajnah ad Daimah Lilbhuts al Ilmiyyah wa al Ifta'





Pertanyaan:



Apa pendapat Anda tentang anak gadis pungut yang dijadikan sebagai anak angkat oleh seorang laki-laki dan dimasukkannya di dalam kartu keluarganya kemudian seseorang datang melamarnya dan ayah angkat perempuan tersebut melangsungkan pernikahannya?


1. Apakah pernikahan tersebut sah secara zahir dan batin atau secara zahir saja dan kenapa?

2. Jika pernikahan itu tidak sah secara batin, apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara memperbaiki pernikahan secara batin?

3. Ada yang mengatakan, "Istri dari ayah angkat perempuan bersangkutan pernah menyusui perempuan tersebut." Perlu diketahui bahwa bahwa laki-laki tersebut mandul. Apakah kedudukannya sebagai ayah susuan membolehkannya melangsungkan pernikahan perempuan tersebut? Mohon fatwanya. Semoga Allah memberi Anda pahala.




Jawaban:



Pertama, orang yang memungut anak gadis kecil dan anak tersebut pernah disusui oleh istrinya tidak boleh melangsungkan pernikahan anak pungut tersebut karena dia bukan orang tuanya. Walinya dalam kondisi seperti ini adalah hakim atau orang yang mewakili hakim. Oleh karena itu, akad nikah tersebut harus diulang kembali di hadapan hakim.



Kedua, orang yang mengambil anak pungut tidak boleh menisbatkan anak laki-laki atau anak perempuan pungut kepafa dirinya, berdasarkan firman Allah Ta'ala,




ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ


"Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah."




Oleh karena itu, orang yang memungut anak tersebut harus menghapus nama anak pungut itu dari kartu keluarganya dan jika bisa, menisbatkannya kepada nama yang bermakna penghambaan kepada Allah, seperti Abdullah dan Abdurrahman. Demikian juga kakeknya.




📱http://t.me/ukhwh




السؤال: ما قول فضيلتكم في فتاة لقيطة، تبناها رجل وسجلها في حفيظته، ثم جاء الآن شخص وخطبها، فتولى العقد لها الرجل الذي تبناها: 1- فهل العقد صحيح باطنا وظاهرا، أم ظاهرا فقط؟ ولماذا؟ 2- إن كان غير صحيح باطنا فما هو العمل؟ وكيف يصحح العقد باطنا؟ 3- يقال: إن زوجة الرجل المتبني قد أرضعت تلك الفتاة، مع العلم أن الرجل عقيم، فهل كونه أبا لها من الرضاعة مسوغ لأن يتولى العقد لها؟ أفتونا مأجورين.


📝الجواب: أولا: لا يجوز لمن التقط بنتا صغيرة وأرضعتها زوجته أن يتولى عقد نكاحها؛ لأنه ليس من أوليائها، وإنما وليها في هذه

الحالة السلطان أو من ينيبه، وعلى هذا يجب أن يجدد العقد المذكور عند الحاكم. ثانيا: لا يجوز للملتقط أن ينسب اللقيط أو اللقيطة إليه؛ لقوله تعالى: {ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ} وعليه يجب على الملتقط إلغاء اللقيط من حفيظة نفوسه، وفي الإمكان نسبتها إلى اسم معبد لله سبحانه: كعبد الله أو عبد الرحمن ونحوهما، وهكذا جدها. وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.


📗اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء




•┈┈┈••✵✵••┈┈┈•



📬 Diposting ulang hari Jum'at, 15 Jumadil Awwal 1441 H / 10 Januari 2020 M



🌐 http://www.nisaa-assunnah.com

📠 http://t.me/nisaaassunnah




🎀 Nisaa` As-Sunnah 🎀








Lebih baru Lebih lama