SHALAT MALAM DI BULAN RAMADHAN - SESEORANG YANG BANGUN DI AKHIR MALAM DAN INGIN SHALAT MALAM LAGI





SHALAT MALAM DI BULAN RAMADHAN - SESEORANG YANG BANGUN DI AKHIR MALAM DAN INGIN SHALAT MALAM LAGI


❱ Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman hafizhahullah




❒ Jika seseorang telah shalat tarawih dan witir setelah shalat Isya’, kemudian dia tidur dan bangun sebelum sahur, boleh baginya jika setelah bangun mau shalat malam lagi. Namun, dia tidak boleh melakukan witir lagi, hanya melakukan shalat-shalat sunnah yang berjumlah genap.


(•) Karena seseorang ketika tidur, syaithan akan mengikatkan 3 ikatan pada kepalanya. Jika ia bangun dengan mengingat Allah, terlepas satu ikatan. Jika kemudian dia berwudhu’, terlepas satu ikatan lagi. Jika selanjutnya diikuti dengan shalat 2 rakaat, maka akan terlepas seluruh ikatan (ketiga-tiganya), sehingga ia akan menjalani aktifitas hari itu dengan penuh semangat dan keceriaan.



{ يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلَاثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ }



— “Syaithan mengikat tiga ikatan pada seseorang ketika tidur. Setiap mengikat satu ikatan (syaithan) berkata: Malammu panjang, tidurlah. Jika dia bangun dan mengingat Allah, terlepaslah satu ikatan. Jika ia berwudhu’, terlepas satu ikatan. Jika ia shalat terlepas satu ikatan (lagi) sehingga pagi harinya ia bersemangat dan cerah jiwanya. Kalau tidak demikian, pagi harinya suasana hatinya akan suram dan malas.” [
HR al-Bukhari no 1074 dan Muslim no 1295]



(•) Hanya saja, jika seseorang telah melakukan witir sebelumnya, kemudian bangun tidur ingin shalat malam lagi, cukup mengerjakan jumlah rakaat genap. Karena tidak boleh ada 2 kali witir dalam satu malam.



{ عَنْ قَيْسِ بْنِ طَلْقٍ قَالَ زَارَنَا طَلْقُ بْنُ عَلِيٍّ فِي يَوْمٍ مِنْ رَمَضَانَ وَأَمْسَى عِنْدَنَا وَأَفْطَرَ ثُمَّ قَامَ بِنَا اللَّيْلَةَ وَأَوْتَرَ بِنَا ثُمَّ انْحَدَرَ إِلَى مَسْجِدِهِ فَصَلَّى بِأَصْحَابِهِ حَتَّى إِذَا بَقِيَ الْوِتْرُ قَدَّمَ رَجُلًا فَقَالَ أَوْتِرْ بِأَصْحَابِكَ فَإِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا وِتْرَانِ فِي لَيْلَةٍ }


— Dari Qays bin Thalq beliau berkata: “Thalq bin Ali mengunjungi kami pada suatu hari Ramadhan, dan beliau berbuka bersama kami. Kemudian beliau melakukan qiyamul lail bersama kami dan melakukan witir. Kemudian beliau turun menuju masjidnya dan shalat bersama para sahabatnya. Hingga ketika sampai pada waktu pelaksanaan witir, beliau mengajukan seseorang (untuk menjadi Imam) dan berkata: Lakukanlah witir dengan orang-orang, (sedangkan aku sudah witir). Karena aku mendengar Rasulullah [ﷺ] bersabda: ‘Tidak ada 2 witir dalam satu malam’.” [HR Abu Dawud, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah]



✓- Secara asal, memang disunnahkan menjadikan witir sebagai akhir dari shalat malam. — Rasul bersabda: “Jadikan akhir shalat malam kalian adalah witir.” [HR al-Bukhari dan Muslim].


✓- Namun kadangkala Nabi juga pernah shalat dua rakaat setelah witir. — Sebagaimana disebutkan dalam hadits:


{ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوتِرُ بِتِسْعٍ حَتَّى إِذَا بَدَّنَ وَكَثُرَ لَحْمُهُ أَوْتَرَ بِسَبْعٍ وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ }


— Dari Abu Umamah –radhiyallahu anhu- beliau berkata: “Rasulullah [ﷺ] berwitir dengan 9 rakaat hingga ketika menjadi gemuk tubuh beliau, beliau berwitir dengan 7 rakaat dan shalat dua rakaat (kemudian) dalam keadaan duduk.”
[HR Ahmad]




📚[Ramadhan Bertabur Berkah (Fiqh Puasa dan Panduan Menjalani Ramadhan Sesuai Sunnah Nabi), hal. 217-220 versi PDF]




📮••••|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net


// Sumber: E-Book CHM AhlussunnahKendari•Com




••••📮••••📮••••📮••••



📬 Diposting ulang hari Jum'at, 1 Ramadhan 1441 H / 24 April 2020 M


📠 http://t.me/nisaaassunnah

🌐 http://www.nisaa-assunnah.com




🎀 Nisaa` As-Sunnah 🎀









Lebih baru Lebih lama