TERMASUK BENTUK TAKWA MEMBATASI INTERAKSI DENGAN LAWAN JENIS YANG BUKAN MAHRAM




TERMASUK BENTUK TAKWA MEMBATASI INTERAKSI DENGAN LAWAN JENIS YANG BUKAN MAHRAM



Ketika safar, tentunya seseorang jauh dari keluarganya, meski demikian dia wajib menjaga dirinya dari semua jalur yang dapat mengantarkannya dalam perbuatan dosa, termasuk dari jalur wanita.


☑️ Al-Allamah Muhammad al-Utsaimin pernah ditanya tentang batasan syar'i interaksi pria dengan wanita yang bukan mahramnya.


✅ Beliau rahimahullah menjelaskan,


"Masalah ini dalam kenyataannya berbeda-beda, sesuai dengan kondisi yang;

- laki-laki,

- wanita,

- maupun kadar kebutuhan.


- Terkait dengan kondisi yang laki-laki, maka ada orang yang dia cepat tergerak perasaannya bila berkaitan dengan wanita, sebatas melihat saja, terlebih jika wanita tersebut cantik, lalu tergerak syahwatnya.

Kondisi laki-laki yang seperti ini dia tidak boleh mengajak berbicara wanita sedikitpun selama itu memungkinkan, jika dia memerlukan sesuatu cukup dengan isyarat. Ini wajib dilakukan untuk menutup jalan yang mengantarkan menuju kerusakan.


- Ada pula laki-laki yang di bawah ini keadaannya.

- Dan ada juga laki-laki yang acuh saja terhadap wanita, ketika dia berbicara dengan seorang wanita seolah dia sedang berbicara dengan saudarinya, sama sekali tidak tergoda.


Jadi masalah hukumnya berbeda-beda sesuai dengan keadaan masing-masing orang dan kadar kebutuhan mendesak tidaknya (dilakukan perbincangan), terkadang ada suatu kondisi laki-laki harus berbicara dengan wanita, pada keadaan ini tidak masalah.

Akan tetapi jika dia melihat bahwa wanita tersebut bersuara dengan lembut di depannya, maka dia harus menghentikan perbincangan,


• karena Allah ta'ala berfirman,


فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوفًا


"Maka janganlah kamu (wanita) lembut dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik."
QS. Al-Ahzab: 32


Pada intinya seseorang wajib untuk meminimalisir perbincangan dengan lawan jenisnya atau melihat kepadanya."
(I'lam al-Musafirin, hlm. 86)


Dalam praktiknya, seseorang pasti tidak bisa terlepaskan dari komunikasi dengan wanita yang bukan mahramnya di saat melakukan perjalanan safar, apakah itu bertemu dengan pramugari, kasir swalayan, resepsionis hotel, dst.

Maka dia wajib bertakwa kepada Allah dalam kondisi-kondisi tersebut. Dia melihat bagaimana keadaan dirinya dan mengambil langkah yang paling selamat, seperti yang telah diterangkan oleh Asy-Syaikh al-Utsaimin di atas, berinteraksi dengan wanita yang bukan mahram hanya sebatas keperluan.




✍ -- Jalur Masjid Agung @ Kota Raja

-- Hari Ahadi [Rangkaian pembahasan Bekal Muslim dalam Perjalanan]


__________


▶️ Mari ikut berdakwah dengan turut serta membagikan artikel ini, asalkan ikhlas insyaallah dapat pahala.



•••



📡 https://t.me/nasehatetam

🖥 www.nasehatetam.net



•┈┈┈┈•✿❁•••❁✿•┈┈┈┈•



📬 Diposting ulang hari Jum'at, 20 Syawwal 1441 H / 12 Juni 2020 M


📠 http://t.me/nisaaassunnah




🎀 Nisaa` As-Sunnah 🎀









Lebih baru Lebih lama