Kitab Fiqh Al Mar'atul Muslimah (Pertemuan 14)

 

ﻓﻘﻪ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﺔ

 ﻟﻔﻀﻴﻠﺔ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺻﺎﻟﺢ ﺍﻟﻌﺜﻴﻤﻴﻦ

KAJIAN KITAB

FIQH AL MAR'ATUL MUSLIMAH

Oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

 

 ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
ﺍﻟﺤﻤﺪﻟﻠﻪ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ, ﻭﺍﻟﺼﻠﺎﺓ ﻭﺍﻟﺴﻠﺎﻡ ﻋﻠﻰ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻪ ﻭﺍﺻﺤﺎﺑﻪ ﻭﻣﻦ ﻭﺍﻟﺎﻩ, ﺍﻣﺎ ﺑﻌﺪ
ﺃﺧﻮﺍﺗﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺭﺣﻤﻨﻲ ﻭﺭﺣﻤﻜﻢ ﺍﻟﻠﻪ


NIAT KETIKA BERWUDHU

Niat adalah syarat


Tempatnya di dalam hati. Tidak ada yang tahu niat kecuali Allah 'Azza wa Jalla. Niat adalah syarat untuk semua ibadah.

Niat ditinjau dari dua segi:

1. Dilihat pada amal itu sendiri, untuk membedakan dengan amal ibadah yang lain.

Contoh:
Seseorang niat shalat, bahwa yang akan dilakukan adalah shalat Dzuhur. Niat haji, dia akan melakukan ibadah haji. Niat puasa, dia melakukan ibadah puasa. Begitu seterusnya, dan masalah ini dibahas oleh ahli fiqh.

2. Melihat untuk siapa dia beramal.

Tidak melihat amalannya. Ini yang dinamakan niat ikhlas, lawannya syirik. Yang membicarakan ini para ulama' ahli tauhid.

Yang kedua lebih penting dari yang pertama. Karena itu adalah pondasi Islam dan inti dari Ad-Din. Wajib bagi setiap insan mengutamakannya.

Seharusnya setiap insan, setiap kali akan melakukan ibadah, mengingat dua hal berikut ini :

1. Allah Ta'ala yang memerintahkan untuk mengerjakan ibadah tersebut.
Sehingga dia mampu melaksanakan ibadah dengan menghadirkan hati, bahwa dia ibadah untuk melaksanakan perintah Allah.

Contoh:
Dia berwudhu' untuk shalat, karena melaksanakan perintah Allah, sebab Allah berfirman memerintahkan untuk berwudhu' :

يٰٓأَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ءَاﻣَﻨُﻮٓﺍْ إِﺫَﺍ ﻗُﻤْﺘُﻢْ إِﻟَﻰ ٱلصَّلَوٰﺓِ فَٱﻏْﺴِﻠُﻮﺍْ ﻭُﺟُﻮﻫَﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻳْﺪِﻳَﻜُﻢْ إِﻟَﻰ ٱﻟْﻤَﺮَﺍﻓِﻖِ 
[المائدة ٦]

"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian akan mendirikan shalat, cucilah wajah kalian dan tangan kalian sampai siku" [QS. Al Maidah : 6]

Yakni dia berwudhu' bukan semata sebagai syarat sahnya sholat, tapi niat berwudhu' untuk melaksanakan perintah Allah.

2. Bahwa ibadah yang akan dilakukan mencontoh Rasulullah ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ, sebagai perwujudan dari mutaba'ah / mengikuti Beliau ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ.

Keterangan Pent:

Sebagaimana kita maklumi bersama bahwa syarat diterimanya ibadah kita oleh Allah 'Azza wa Jalla ada dua:
1. Niat ikhlas hanya untuk Allah.
2. Mencontoh Sunnah Rasulullah ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ عليه ﻭﺳﻠﻢ.

Harus keduanya kita wujudkan dalam semua amal ibadah kita, tidak boleh hanya salah satunya, karena jika niatnya ikhlas tapi amalnya tidak mengikuti Sunnah Rasulullah, maka ibadah kita tertolak; Begitu pula jika ibadah kita mengikuti Sunnah tapi tidak ikhlas, juga akan tertolak. (Pent)

Maka niat adalah syarat diterimanya juga diberi pahala setiap amal ibadah kita.

Dalilnya, Rasulullah ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda:


 إِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟﺄَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺎﺕِ

"Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat." [HR. Bukhori Muslim.]

Juga banyak dalam ayat Al Qur'an, Allah 'Azza wa Jalla berfirman:
(ابتغاء وجه الله)

Seperti dalam surah Ar-Ro'du: 22




ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺻَﺒَﺮُﻭﺍْ ٱﺑْﺘِﻐَﺎﺀَ ﻭَﺟْﻪِ ﺭَبِّهِم.. [الرعد:٢٢ ]  ٢


"Dan orang-orang yang sabar untuk mencari Wajah Rabb mereka semata."



ﻭَﻣَﻦ ﻳَﻔْﻌَﻞْ ﺫٰﻟِﻚَ ٱﺑْﺘِﻐَﺎﺀَ ﻣَﺮْﺿَﺎﺕِ ﺍﻟﻠّٰﻪ ﻓَﺴَﻮْﻑَ ﻧُﺆْﺗِﻴﻪِ ﺃَﺟْﺮًﺍ عَظِيْمًا


[النساء ١١٤]

"Dan barangsiapa yang melakukan itu untuk mencari keridhoan Allah semata, maka Kami akan memberikan kepadanya pahala yang besar." [ QS. An Nisaa' : 114 ]



Itulah sebagian dalil tentang wajibnya niat ikhlas untuk Allah semata dalam setiap amal ibadah kita.

Berikutnya: Apakah niat boleh diucapkan ?

Bersambung in sya Allah


 ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻪ ﻭﺍﻟﺤﻤﺪﻟﻠﻪ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ

 Diterjemahkan oleh:

Al-Ustadzah Ummu 'Abdillah Zainab bintu 'Ali Bahmid hafizhahallah

WA. Nisaa' As-Sunnah.
Lebih baru Lebih lama