Tanya-Jawab Nisaa` As-Sunnah 4 (Kamis, 27 Rajab 1437 H / 5 Mei 2016 M): Ilmu yang Hakiki

Ilmu yang Hakiki


Kamis, 27 Rajab 1437 H / 5 Mei 2016 M
Dijawab oleh Al-Ustadzah Ummu Abdillah Zainab bintu Ali Bahmid hafizhahallah



PERTANYAAN 1

Ustadzah, bagaimana kiat-kiat agar kita ikhlas dalam melakukan apapun, 
Tidak merasa sakit hati jika diabaikan manusia ketika memberi nasihat, dan bagaimana membentuk pondasi yang kuat segalanya hanya karena Allah?

Jazakillahu khairan.

JAWABAN

Cara untuk menumbuhkan niat ikhlas adalah dengan ilmu, yakni mengenal sifat-sifat Allah dalam Tauhid Asma' wa Shifat, dan mengenal sifat-sifat makhluk.
Dalam tauhid Asma' wa Shifat kita mengetahui betapa sifat Allah Al-Khaliq yang Maha Sempurna tidak ada cela dan kekurangan sedikitpun, betapa Maha Kaya Allah yang memiliki rahmat yang luas meliputi segala sesuatu, Dia yang memiliki surga dan neraka, Dia satu-satunya yang memberi pahala amal shalih kepada hamba-hamba-Nya.
Adapun sifat makhluk penuh dengan kekurangan, dan semua makhluk sangat fakir dan butuh kepada Allah Al-Khalik, sehingga makhluk tidak bisa memberi sedikitpun manfaat kecuali dengan izin Allah.

Jika telah memahami hal itu, lalu untuk apa kita beramal karena makhluk, siapapun makhluk itu apakah malaikat, nabi, Rasul, maupun manusia biasa, mereka tidak bisa memberi pahala, tidak bisa memberi manfaat untuk dirinya sendiri apalagi untuk orang lain, maka beramallah ikhlas hanya untuk Allah, sebab hanya Dia yang bisa memberikan pahala, hanya Dia yang bisa memasukkan ke dalam surga-Nya.

Begitu pula nasihat yang kita sampaikan juga karena Allah, sehingga juga nasihat kita diterima tidak bangga diri, dan sebaliknya jika ditolak kita tidak sakit hati, karena hidayah bukan di tangan kita tapi hanya ada di tangan Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Barakallahu fiki.

PERTANYAAN 2

Bismillah. 
Ustadzah hafizhakillah, apa maksud dari pekataan Al-Imam as-Syafi'i  Ø±Ø­Ù…Ù‡ الله dibawah ini, mohon penjelasan ustadzah Jazakillah khairan.

Imam Asy-Syafi'i رحمه الله berkata, 
"Ilmu itu adalah sesuatu yang bermanfaat,
Bukanlah ilmu itu sesuatu yang dihafal." ( As-Siyar 10/89)

Barakallahufiiki

JAWABAN

Ilmu yaitu yang bisa bermanfaat untuk kita, bisa memperbaiki ibadah, bisa memperbaiki akhlak, bisa memperbaiki mu'amalah, dan memperbaiki hati kita, itulah ilmu yang hakiki.
Adapun hanya yang kita hafal, tapi tidak memperbaiki ibadah dan akhlak kita maka itu sejatinya bukanlah ilmu.
Barakallahu fiki.

PERTANYAAN 3

Ustadzah, di dekat tempat kami ada perkampungan yang dihuni ratusan monyet  dan di tempat tersebut terdapat penyembahan. 
Bolehkah kita membawa anak-anak ke sana hanya untuk melihat monyetnya sementara banyak yang yang datang namun untuk kesyirikan? 
Apa kita juga  dihukumi musyrik?

JAWABAN

Jika di tempat tersebut dilaksanakan ritual-ritual syirik maka kita tidak boleh sengaja datang ke tempat tersebut kecuali jika mampu berdakwah di situ, apalagi dengan membawa anak-anak yang wajib bagi orang tua untuk mendidik sejak kecil terutama pendidikan tauhid. Dengan membawa anak ke tempat syirik sama artinya dengan mempekenalkan ilmu kesyirikan kepada anak yang masih suci -wal iyadhu billah- carilah tempat-tempat yang bersih dari syirik dan maksiat untuk anak-anak kita. 
Barakallahu fiki.

PERTANYAAN 4

Ustadzah, salah satu larangan iddah adalah menginap di selain rumah yang suaminya meninggal di sana.

Pertanyaanya:
Ketika fulanah tinggal mengontrak hanya berdua dengan suami, kemudian suami meninggal di daerah kontrakan atau meninggal ketika sedang mengunjungi daerah asal suami, maka di mana fulanah menghabiskan masa iddah yang 4 bulan 10 hari tersebut? 
Apa di tempat kontrakan, rumah mertua atau pulang kerumah orang tua fulanah, mengingat dengan meninggalnya suami, fulanah menjadi sendiri di rumah kontrakan.
Jazakillah khairan.

JAWABAN

Benar ada larangan istri menginap di rumah selain rumah suaminya yang meninggal di sana selama masa iddah.
Akan tetapi jika dharuri, misalnya istri sendirian dalam rumah tersebut tidak ada yang bisa menemani, maka boleh istri pindah ke rumah yang lebih aman
 dan tertutup, apakah itu rumah mertua atau serumah dengan orang tuanya sendiri, sebab hal itu pernah dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib رضي الله yang membawa pulang ke rumah putrinya yang bernama Ummi Kultsum yang masih kecil karena ditinggal wafat suaminya Umar Ibnul Khathab رضي الله عنه, ketika hal itu ditanyakan maka Ali menjawab, boleh dia pulang ke rumah orang tuanya untuk menghabiskan masa iddahnya dengan alasan dharuri karena masih kecil.
Allahu a'lam wa barakallahu fiki.

PERTANYAAN 5

Afwan Ustadzah mau tanya, bagaimana hubungan antara anak dengan ayah kandung di mana ketika pernikahan si istri sedang hamil? 
Apakah anak tersebut tetap mahram dengan ayahnya, dan bagaimana hubungan anak tersebut dengan mahram yang dari pihak ayah?
Jazakillah khairan Ustadzah.

JAWABAN

Anak yang lahir di luar nikah dinisbahkan nasab/keturunan pada ibunya dan dia tidak punya ayah, jika ibunya menikah maka dia menjadi mahram sebab telah menikahi ibunya sehingga anak tersebut tidak ada hubungan mahram dengan keluarga dari pihak ayah/suami ibunya. 
Barakallahu fiki.

PERTANYAAN 6

'Afwan Ustadzah mau bertanya, bagaimana menyikapi orang yang pilih-pilih ustadz dimana ustadz-ustadz yang dipilih atau tidak, sama-sama bersama ulama kibar.
Orang tersebut mengatakan bahwa dia tidak lagi mengambil ilmu dari ustadz fulan karena sudah tidak terdengar lagi membahas masalah manhaj, dan lebih memilih mendengar kalam ustadz fulan.
Apakah kita tetap berteman denganya?  
Dinasihati namun orang tersebut selalu membantah dan memberikan dalil-dalil dan kadang bersikap meremehkan orang yang menasihatinya.
Jazakumullahu khairan.

JAWABAN

Jika kita tahu seorang ustadz itu bersama ulama' kibar maka kita boleh mengambil ilmu darinya tanpa membeda-bedakan satu ustadz dengan yang lainnya jika mereka sama-sama bersama ulama' kibar. 
Memang kenyataannya satu ustadz dengan lainnya tidak sama dalam keahlian bidang ilmu yang diajarkan, ada ustadz yang ahli dalam menjelaskan manhaj seperti Ustadz Luqman, ada ustadz yang ahli dalam menjelaskan ilmu hadits seperti Ustadz Usamah dan Ustadz Ruwaifi, dan yang selainnya, jika hanya satu yang didengar maka ilmunya kurang, tidak sempurna, tapi jika semua didengar kajiannya maka ilmu yang didapat luas dan menyeluruh, dan tentunya hal itu ada hikmahnya, jika semua ustadz sama yang dibahas manhaj saja, atau ilmu hadits saja, maka mad'u nya bisa jemu/bosan, tapi dengan berbagai macam keahlian ustadz maka beragam pula yang diajarkan kepada kita, sehingga tidak monoton yang kita ambil ilmu darinya.

Adapun jika ada yang pilih-pilih ustadz menunjukkan kejahilan dan bahkan kesombongannya, dia telah terfitnah oleh setan dan hawa nafsunya, hati-hati dari syubhatnya karena bisa meracuni semangat kita untuk thalibul ilmi, sebaiknya dijauhi jika dia tidak bisa menerima nasihat. 
Barakallahu fiki.

PERTANYAAN 7

Bismillah.
Afwan, Ustadzah hafizhahallah ada yang tidak ana pahami renungan dari Al-Imam Ibnu Abi Syaibah membawakan sanadnya hingga kepada Samurah bin Jundub, beliau mengatakan: aku pernah mendengar Umar Ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu berkata:

《 Para wanita ada 3 macam:

① Wanita lemah lembut, pandai menjaga kehormatan, muslimah, penuh kasih lagi subur yang akan membantu suaminya menaklukkan masa (waktu), dan tidak membantu masa untuk menggerus suaminya, dan sedikit sekali engkau akan menemukannya.

② Wanita yang pandai menjaga kehormatan lagi muslimah, hanya saja dia sebatas tempat lahirnya anak, tidak ada padanya selain dari itu.

③ Wanita yang mengikat lagi selalu melekat (setia), yang Allah jadikan dia berada di leher orang yang Allah kehendaki dan tiada orang lain dapat melepaskannya.

Pertanyaannya:
Apa makna dari macam wanita yang ke 2 dan ke 3, mohon penjelasan Ustadzah.
Jazaakillahu khairan wa Barakallahu fiki.

JAWABAN

Afwan ana tidak tahu sumber atsar shahabat Umar Ibnul Khaththab رضي الله عنه yang ditanyakan di atas, apakah riwayatnya shahih, dan darimana sumbernya, atau dari kitab apa, Allahu a'lam wa barakallahu fiki.


http://annisaa.salafymalangraya.
 or.id
http://bit.ly/nisaaassunnah



Nisaa` As-Sunnah
Lebih baru Lebih lama